Senin, 03 November 2014

Apa kita [sudah] Merdeka ?

0





“Rrrrrrr...,” Suara getar smartphone Dodi. Diapun bergegas mengambil smartphone dari saku celana panjangnya. Smbari memainkan jari-jarinya pada layar smartphone tersebut, tampak dari raut wajahnya memancarkan senyuman-senyuman kecil nan indah.
            Sedang asyiknya memainkan smartphone tersebut, teman sebelahnya, Reno, mencolek tangannya, mengisyaratkan untuk menghentikan keiatannya.
            “Apaan sih ?” Tanya Dodi kesal.
            “Kamu nanti diliatin dosen mainin hp terus, kita kaan lagi belajar, “ ucap Reno dengan suara halus.
            “Sudah ah, kamu dengarin aja dosen itu bicara,”
            “Kamu ini,”
            Reno melirik sedikit klayar smartphone Dodi, dari layarmya terlihat dia sedang chatingan di sosial media dengan pacarnya si Amel. “Pantesan nggak konsen belajar,” ucap Reno plan. Dodi hanya tersenyum mendengar ucapan Reno yang mengoloknya.
            “Terima kasihuntuk hari ini, kegiatan perkuliahan kita sampai disini, selamat sore dan selamat bermalam minggu,” ucap dosen yang telah selesai mengajar sembari memberi kata-kata lelucon sedikit.
            “Maaf Bu, saya jomblo,” ucap salah seorang mahasiswa.
            “Itu sih salah kamu sendiri,” jawab ibu dosen tertawa kecil sambil memawa buku-bukunya keluar dari kelas.
            “Hahaha..” terdengar tawa dari kelas itu saat ibu dosen mengucapkan kata-kata tersebut.
            “Ren, hari ini tanggal berapa ya ?” tanya Dodi.
            “Tanggal 9 Dod,” jawab Reno.
            “Pantesan besok dia ngajak jalan,” ucap Dodi pelan.
            Anniversay ya,” olok Reno.

            “Mau tau ja kamu,”
            “Oh ya Dod, besok kan tanggal 10 noember, rencananya kami mau kepanti jompo, tempat para veteran perang, kamu mau ikut nggak ?”
            “Kayaknya nggak bisa Ren, aku ada janji dengan Amel,” jawab Dodi.
            “Oke deh, tapi kalo misalnya kamu mau ikut datang aja ke panti cendana, dibelakang taman anggrek,” kata Reno sembari berdiri dai kursinya dan keluar kelas.

*******

            Keesokan harinya, tepatnya di siang hari Dodi sudah menyiapkan kado istimewa berupa kalung dengan gambar hati, ditengahnya terdapat hiasan batu berwarna putih mengkilat. Dari penampilannya ia sudah rapi dengan celana jeans hitamnya, baju kemeja bergaris warna hijau, rambutnya sudah disisir rapi, begitupun dengan jam tangan yang sudah bercasual dengan style sepatunya. Saat ini dia sedang duduk santai di kursi taman menunggu kedatangan pacarnya si Amel.
            Lewat beberapa menit kemudian, Dodi tiba-tiba menampilkan wajah senyum bahagianya. Ternyata dari kejauhan ia sedang melihat pacarnya, Amel datang. Sembari menyusuri jalan-jalan kecil ditaman anggrek itu, Amel mndekati Dodi. Hari ini Amel tampil begitu anggun dari biasanya, rok panjang warna pinknya memberikan kesan kenyamanan, ditambah baju bermotif kotak-kotak dengan lengan setengah panjang, menampilkan aura kecantikannya semakin mnggoda, rambut setengah panjangnya dikuncir kesamping dengan pita berwarna pink.
            “Hey..” ucap Amel tersenyum, sambil berdiri dihadapan Dodi.
            “Telat 10 menit 11 detik,” ucap Dodi cuek, memandangi jam tangannya.    “Dodi,” ucap Amel manja. Dodi langsung berdiri memegang pergelangan tangan Amel, dan mengajaknya berjalan menuju suatu tempat. Dari raut wajah Amel, dia hanya menampilkan wajah heran ditambah senyum kecil.
            “Hey, kau kan yang bayar makan,” ucap Dodi.
            “Apa, tapi kemarin kamu janji yang mau bayarin,” ucap Amel kesal sambil mengerutkan dahi dan mulutnya.
            “Ini salahmu kenapa telat,”
            “Dasar, kau...” belum selesai Amel melanjutkan ucapannya, Dodi langsung melepaskan genggaman tangannya, “Kita sampai,” kata Dodi memperlihatkan pemandangan di depannya.
            Tatapan mata Amel langsung beralih dari wajah Dodi ke pemandangan yang ada di depannya. Saat ini di depannya sudag pemandangan berupa pepohonan yang tinggi-tinggi dengan daun-daun yang lebat, gedung-gedung yang megah dengan arsitektur nan indah, orang-orang saling berhaluan mengerjakan akivitas mereka, awan yang cerah menandakan kesepakatan dengan hari Dodi dan Amel.
            “Indah bukan..” kata Dodi meihat pemandangan tersebut.
            “Aku baru tau kalau ditaman ini ada bukit kecil seperti ini, dan aku baru tau kalai di kotaku ada pemandangan seperti ini,” ucap Amel terharu sambil memandangi pemandangan yang ada di depannya.
            “Hey,” ucap Dodi memecah lamunan Amel sambil memegang tangannya, Amel hanya terdiam memasang wajah dengan penuh tanya. Sambil mnatap perlahan wajah Dodi.
            Dodi mengeluarkan kalung dari celana jeansnya dan memberikannya kepada Amel. “Selamat Ulang tahun,” ucap Dodi tersenyum memandangi Amel.
            “Dodi,” ucap Amel terharu sambil melihat gambar love yang ada dikalung pemberian Dodi.
            “Sini, biar aku pasangin,” kata Dodi mengambil kalung yang sedang dilihat Amel, dan langsung memakaikan ke leher Amel.
            “Kan baru keliatan cantik,” ledek Dodi.
            “Berarti sebelumnya jelek dong,” ucap Amel ngambek.
            “Iya,” jawab Dodi
            “Aku jelek, tapi...” untuk kedua kalinya belum selesai dia menyelesaikan ucapannya. Dengan cepat Dodi langsung memeluknya.”tapi kamu mau jadi pacar aku,” lanjut Amel.
            “Aku sayang kamu,” ucap Dodi.
            “Aku juga sayang kamu,” balas Amel sambil menerima pelukan dari Dodi.
            “Hey,” ucap Dodi.
            “Iya,” jawab Amel.
            “Kau tidak lupa kan ?”
            “Lupa apa,”
            “Kamu mau bayarin makan bakso,” jawab Dodi melepas pelukannya.
            “Kalo soal gratisan sama makanan kamu emang jagonya,” ledek Amel.
            “Ayo,” ajak Dodi menarik tangan Amel, kembalimenyusur turunan perbukitan di taman Anggrek.
            Restoran bakso yang mereka tuju tidak begitu mewah, namun menampilkan suasana yang begitu romantis, karena kondisinya yang berada di pinggir taman Anggrek, di tambah live music dan televisi disetiap sudut ruangan. Restoran tersebut memang terkenal dengan baksonya.”Dod, kita duduk disini aja ya,” ajak Amel sambil duduk dikusi dan melihat acara televisi.
            “Mbak,” panggil Dodi kepada pelayan sambil duduk dikursinya.
            “Iya mas,” sapa pelayan restoran.
            “Bakso istimewa sama es teh manisnya dua ya mbak,”
            “Oke mas, tunggu sebentar ya,” jawab pelayan tersebut, sambil menulisnya di secarik kertas, lalu berjalan cepat ke dapur untuk memberikan kartu pesanan yang di depan oleh Dodi dan Amel.
            “Dodi ?” tanya Amel tiba-tiba.
            “Iya Mel,” jawab Dodi penasaran.
            “Kasian ya orang-orang di Jalur Gaza itu, mereka belum bisa menikmati kemerdekaan kayak kita, mereka masih berperang untuk menentukan nasib mereka, bahkan mereka anak-anak disanapun terkadang menjadi korban,” jawab Amel sambil menunjuk kearah televisi yang ada di samping mejanya.”dan juga...”
            Saat Amel mengucapkan hal tersebut, tiba-tiba Dodi teringat ucapan Reno yang ingin mengajaknya pergi ke tempat veteran perang. Bahkan saat itu juga Dodi tidak mendengar ucapan dari Amel, dia hanya membayangkan dalam hati, apa yang terjadi jika para pahlawan dahulu tidak memiliki sifat berjuang, bagaimana saya bisa dengan tenang merasakan teknologi terbaru, indahnya berduaan dengan Amel, menikmati pemandangan kota, sedangkan para masyarakat dinegara lain sedang bersusah payah berjuang demi kemerdekaan negaranya.
            “Dodi,” ucap Amel memecah lamunan Dodi.
            “Eh iya, ada apa Mel ?” tanya Dodi kaget.
            “Kamu nggak dengar ya aku bicara tadi ?” tanya Amel balik.
            “Mel, kamu tunggu disini dulu ya, aku ada keperluan sebentar, jangan kemana-mana,” pesan Dodi sambil berdiri dari kursinya dan berlari keluar restoran.
            “Dodi,” ucap Amel kesal menundukan kepalanya.
            Dodi berlari mengitari taman Anggrek, menyusuri sebuah lorong-lorong kecil yang ada di belakang taman, rumah perrumah pun sudah dilewati. Sampailah ia pada satu rumah, cat dindingnya sudah kusam, pagar depannya terbuat dari kayu yang sudah lapuk, ada pohon jeruk di dekat pintu pagar. Dari depan rumah ada sebuah tenda kecil, banyak orang-orang sedang berkumpul. Di atas panggung tersebut ada beberapa orang tua dengan pakaian peran sedang berdiri menunggu sesuatu. Dari kejauhan tampaklah oleh Dodi, Reno yang sedang memegang sebuah nampan, di atasnya ada benda seperti medali. Dengan bergegas Dodipun berlari mendekati orang tua yang ternyata vetaran perang itu.
            “Dodi,” ucap Reno kaget.
            “Maaf pak,” ucap Dodi menangis sambil memeluk salah satu veteran perang itu dengan tersedu-sedunya.”maaf pak,”
            “Ada apa nak ?” tanya bapak tua yang kebingunan dengan tindakan Dodi, begtupun dengan Reno dan para veteran perang lainnya.
            “Bapak sudah berjuang dengan kerasnya mengusir penjajah, mengawal kemerdekaan Indonesia, hingga kami bisa merasakan nikmatnya sampai saat ini. Tapi saya tidak bisa membalas jasa bapak,” jawab Dodi menangis keras.
            “Nak,” ucap Bapak tua itu melepaskan pelukan dari Dodi, “kalian saat ini mungkin tidak akan pernah merasakan situasi pada waktu pengusiran penjajah, tapi kalian bisa membalas semua perjuangan mereka dengan ikut membangun bangsa ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang miskin, pengangguran, dan tidak mempunyai timpat tinggal serta yang lainnya. Kemerdekaan kita belum sampai disini jika mereka masih mengalami nasib yang buruk.”
            “Kalianlah yang harus membangun bangsa ini,”ucap bapak itu memegang pundak Dodi dan Reno.
            “Iya pak, saya pasti akan membangun bangsa ini agar lebih maju lagi,” jawab Dodi tegas sambil menghapus air matanya dengan tanganya.
            Reno di sana tampak terharu, bahkan meneteskan air mata, begitupun dengan para veteran perang lainnya. Tindakan Dodi sungguh-sungguh mengharukan hati, dia tersentuh saat bisa merasakan kenikmatan hasil kemerdekaan, sedangkan orang-orang disana masih mencari kemedekaan itu.”terima kasih para pahlawan,” ucap Dodi dalam hati.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com