Jumat, 21 Agustus 2015

Intan Wahyuni

0

       Wah udah lama nih nggak ngepost-ngepost lagi, maaf ya buat temen-temen yang nungguin (kayak ada yang nungguin aja nih blog), Oke, setelah avatar kembali dari tertidur selama 100 tahun (lebay lo), kali ini gue mau ngasih artis cetar membahana dari kelas gue, siapa dia ??

jrengg jrengg jrengg, tepuk tangan meriah untuk..

SOIMAH (eh, clingak clinguk), maaf salah salah, waduh gimana nih, ntar dianya marah lagi, tapi kok gue ngeliat kertasnya tulisan SOIMAH ya, oke deh, lanjut aja, biarin dia mau marah atau nggak. temen gue yang dijuluki Soimah ini namanya Intan Purnama Sari (versi Pak Toyib :p) alias Intan Wahyuni. Namanya aja bagus kan, apalagi orangnya, hmmzzz, belum liat sih, kalo udah liat pasti klepek2 deh, mau bukti, tanya AR (ups)

Eh, by the way, gue aja bingung kok, kenapa tuh temen gue yang cantik di panggil Soimah, kalo yang kagak tau siapa Soimah, dia itu artis yang sering muncul ditv

Nelayan, Ayahku

0



Kilatan air biru melempar beningnya tetes air, mengenai seorang anak kecil yang tengah terlelap dalam tidurnya. Ia terbangun, kaget, wajahnya mengkerut, kelopak matanya sedikit terbuka. Sebuah pemandangan telah berubah, air yang luas sudah ada disekitarnya, ombak kecilpun telah menghiasi. Anak laki-laki bernama Nanda, usianya baru delapan tahun, ia melepas pandangannya, menegakkan tubuhnya meski kakinya masih dalam kondisi tidur, kedua tangannya mencengkeram pinggiran papan di perahu kecil yang tengah dinaikinya. Di tengah perahu tersebut terdapat sebuah layar kain putih sobek nan lusuh, membentuk segitiga besar. Namun, layar yang menghiasi perahu tua tengah digulung ke atas, berharap tiupan angin berhenti membawanya. Disisi kiri perahu terdapat dua buah ember bekas cat, sekitar dalamnya sudah kotor, penuh dengan sisik ikan. Disisi kanan perahu tersebut dipenuhi rangkaian jaring-jaring yang sudah kusam.
            
Nanda membalikkan tubuhnya, matanya berubah tajam sesekali membesar bagaikan teropong. Kepalanya merubah haluan, kadang ke kanan tak lama

Terima Kasih 25.000

0

            
“Teng, teng, teng....” lonceng di sudut koridor, dekat dengan arah kantin sekolah telah berdentang. Menandakan pelajaran untuk anak-anak SD Tekun Jaya mengakhiri jam belajarnya. Koridor yang semula sunyi sepi kini telah terisi oleh barisan siswa yang sedang mengistirahatkan pikirannya, ada yang ke kantin, bermain di lapangan, dan ada yang masih tetap belajar membaca buku di depan kelas. Di kelas 4C, guru yang mengajar sedang membereskan buku-bukunya, ia fokus merapikan kertas-kertas yang ada di mejanya, kaca mata membantunya menyusun kertas-kertas siswanya. “Prankk...” suara kaca jendela tertutup kencang, membuat guru di kelas kaget, matanya tajam melihat jendela yang tersentak kuat, ia melihat seorang anak kecil berlari di luar, cepat, lalu naik pagar yang tidak terlalu tinggi. Hingga anak kecil itu tidak terlihat lagi.
                
Bapak guru yang teralihkan oleh suara keras dari kaca yang diakibatkan oleh anak kecil, kembali menyusun kertas-kertas di depannya. Wajahnya

Setetes Misteri

0


            Rintikan air awan makin mengecil, namun enggan untuk berhenti, sebuah tapakan sepatu kotorku melekat keras, mengecap di permukaan sebuah beranda kecil di laboratorium Jurusan Teknik Kimia, angin sejuk nan dingin mengawali sore menjelang malamku, menemani gerimis yang belum menyerah menyampaikan salamnya pada bumi. Cahaya bohlam kecil yang menempel di kaca dinding tepat di atasku ikut meramaikan suasana dinginku, seolah tak mau kalah, suara desingan air yang jatuh mengenai kantong kresek juga meramaikan sepiku saat itu. entah merasa senang atau sedikit takut, suasana sore menjelang malam kala itu memang agak menyeramkan. Senja yang mulai tertutup awan hitam ikut menjadi saksi biksu keadaanku saat itu.
            Aku tetap menunggu rintikan hujan yang enggan untuk berhenti, ingin rasanya berperang melawan rasa basah akibat rintikan hujan, namun aku terpikir kertas-kertas berharga yang ada di dalam tasku, beberapa proposal penelitian bahkan tugas dari dosen kiler ada di dalamnya. Hingga membuat urung niatku untuk segera pergi. Keadaan sudah semakin gelap, namun gerimis tak kunjung reda, aku bergumam sendiri, menghilangkan kesepian

Kebersihan Sebagian dari Cinta

0

            Angin berhembus tenang, bersama sejuknya suasana pagi hari di taman. Pohon-pohon besar yang rindang melepaskan satu-persatu dedaunan yang menempel. Pertanda sebuah cuaca akan berubah. saat itu sore hari, awan putih sudah menutupi diri dengan pergantian awan hitam, sebuah pertanda hujan akan turun di taman. Seorang perempuan bernama Citra tengah berdiri dihadapan sebuah pohon kecil, membenahi ranting-ranting yang berjatuhan disekitarnya. Citra tampak ceria, ia memainkan gerakan kepala sambil mengikuti irama nada yang berasal dari headset yang dipakainya. Dengan mengenakan topi dari lambang salah satu universitasnya dan jaket sang almamaternya yang digunakan. Dari tas selempang yang digunakannya terdapat sebuah pin kecil bertuliskan JAGALAH ALAM, MAKA ALAM AKAN MENJAGAMU, sebuah pertanda yang menandakan bahwa perempuan itu adalah seorang aktivis alam.
            Selesai membenahi ranting pohon, Citra kembali duduk di kursi salah satu sudut taman, dimana dikursi itu terdapat beberapa buku yang telah disiapkannya sebagai catatan akan kegiatan yang tengah dilakukannya. Sambil menikmati irama lagu

Cerpen - Akuntansiolove

1

            
Keadaan makin sunyi. Tangan-tangan gratil, leher yang kadang berpegas sendiri, berputar layaknya burung hantu yang menjaga malam, pupil mata yang membesar dengan sendirinya, kadang-kadang fokus pada kertas-kertas di meja lain, kini keramaian itu telah sirna, hilang tanpa jejak, hilang tak peduli. Guru yang kembali dari toilet memberikan aba-aba peringatan kepada semua siswa di ruang kelas yang tengah melaksanakan kuis pelajaran akuntansi. Ruang yang tadinya penuh dengan keindahan di pantai eksotis, bunga di pojok ruangan yang menghiasi bagai alam sejuk, poto-poto yang terpajang di dinding bagai laksana penjaga yang mengamankan santai bersama. kini berubah sejenak menjadi penjara panas, penuh dengan pengawasan bengis setelah ibu Vada guru akuntansi yang mengawasi.
            
Seorang siswi bangkit, berjalan perlahan menuju meja guru, tangan kirinya menggenggam secarik kertas, di balik genggaman tangan kirinya terdapat pena hitam
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com