Selasa, 13 Maret 2018

Tragedi di Pagi Hari

0


Ada-ada aja musibah hari ini. Sekitar jam 9 pagi tadi. Pas bemotor ke bank BCA, di persimpangan depan polres nabrak bapak-bapak yang pake motor Supra X 125. Kaca untuk lapis plat bemotornya pecah.

Dia nyuruh berhenti, ia sigap ngambil kunci motor punyaku. Kayak takut akunya berlari. Kebetulan deket polres dia langsung ngajak kesana. Dia pingin nyelesain masalah disana. Oh My God, aku belum punya SIM. Gimana nanti kalo ditanya SIMnya, gila, bisa berabeh urusan. Bakalan panjang ini.

Untung aja pak Polisi cuma nanya kronologis kejadian. Ya, aku kasih tau kalo pas bemotor tadi bapak ini mau nyebrang. Udah tau rame, tapi masih nekat mau nyebrang. Ya ketabrak motornya. Dia juga bersikeras, katanya dia udah ngidupin lampu sen, harusnya aku liat. Aku kasih tau aja "Pak, kalo lagi rame tu jangan nekat mau nyebrang. Apalagi posisinya lewat banget dari garis putih."

Lama bersikeras, akhirnya bapak itu minta damai. Dia minta gantiin kaca lapis plat bernomor itu. Katanya harganya Rp. 50.000,- (gila mahal banget, aku nggak tau juga sih harganya). Biarin dah, yang penting masalah selesai.

Semoga kedepannya nggak lagi deh.

Tadinya, kalo emang panjang urusan. Aku bakalan minta tolong kak Oka, terus kak Oka mnta tolong kak Yanto. Anak Wakil Bupati. Hahaha..

Ya, yang penting masalahnya dah kelar.

Alhamdulillah.

Senin, 12 Maret 2018

Semuanya Tentang Cinta

0


Saat kita berbicara tentang cinta. Maka, kebanyakan orang akan mengarah pada sepasang kekasih yang notabene-nya selalu tak lepas dari yang namanya cinta. Memang, sebagian orang selalu menganggap bahwa cinta itu untuk seseorang yang tengah memadu asmara. Atau dalam bahasa kawula muda mereka nyebutnya pacaran.  "Pacaran identik dengan cinta" itu adalah mind blowing mereka. Entah itu kisah percintaan anak-anak zaman now, anak SMA, kuliahan, yang udah kerja, bahkan yang udah nikahan (selingkuhan mungkin), mereka selalu memandang ikatan itu adalah cinta.

Jadi, gue pernah punya pertanyaan sendiri. Gini, misalkan Rangga jatuh cinta dengan Citra, lalu mereka mengikatnya dengan pacaran. Rangga selalu bilang bahwa dia cinta mati dengan Citra dan ingin hidup selamanya dengannya. Begitupun sebaliknya. Hingga suatu ketika, entah karena sebuah masalah mereka mengakhiri ikatan itu. Yang jadi pertanyaan, lantas kemana cinta itu? Rangga mengatakan kalo dia cinta banget sama Citra, dan nggak bisa hidup dengannya. Apa cintanya jadi ikut menghilang begitu saja, atau malah cinta itu kembali lagi ke diri mereka masing-masing? Nah, ini yang menurut gue mereka belum bisa memaknai kata cinta itu.

"Pacaran mungkin identik dengan cinta. Tapi, cinta tak pernah selalu berkaitan dengan pacaran."

Orang-orang boleh menganggap bahwa pasangan yang terikat asmara itu tengah dilanda cinta. Tapi, mereka jangan sampai salah memaknai arti cinta itu.

Emang bisa?

Entah apa hal itu udah pernah terjadi dimasa-masa dahulu. Tapi, gue kayaknya mendengar desas desus pemaknaan itu. Zaman sekarang, kebanyakan orang-orang menganggap bahwa cinta itu adalah salah satu bentuk hubungan yang erat kaitannya dengan seksualitas. Karena, saat mereka melihat ada orang yang jatuh cinta maka secara langsung mereka menganggap hubungan itu adalah hubungan seksualitas. Padahal, tidak mulu cinta itu selalu terjadi dengan sepasang kekasih. Bagaimana dengan keluarga, bagaimana dengan lingkungan rumah, sekolah, kerja, semua itu terkadang selalu berkaitan dengan cinta. Apa mereka identik dengan hal-hal yang berbau seks? Tidak.

Saat seseorang mencintai anak kecil, apa mereka akan selalu disebut sebagai seorang pedofil? Nggak. Mungkin saja dia menganggap anak-anak itu lucu, menggemaskan, polos.

Saat seseorang mencintai anaknya, saudaranya, ibunya atau ayahnya, apa mereka akan selalu disebut seorang incest? Nggak. Mungkin mereka terlalu sayang hingga nggak bisa ngungkapin lewat kata-kata.

Saat seorang cowok mencintai cowok, atau cewek mencintai cewek, apa mereka selalu disebut sebagai seorang gay atau lesbian? Nggak. Mungkin karena dia terlalu sayang dengan kebaikannya hingga kedekatannya terlihat begitu intim.

Sekali lagi.

Cinta itu bukan sekedar ikatan yang selalu berhubungan dengan seksualitas. Karena, kalo orang-orang menganggap seperti itu. Maka, bersiaplah untuk selalu was-was saat ada orang yang mencium anak kecil karena gemas, saat ada ayah yang memeluk anak perempuannya karena keberhasilannya, saat ada seorang cowok merangkul teman cowoknya karena perilaku gokil mereka.

Tapi, ingat! Kita juga nggak bisa menganggap pedofilia, incest, gay atau lesbian sebagai ikatan yang selalu berkaitan dengan cinta (terlepas dari istilah itu sebagai sebuah penyakit atau bukan). Mungkin, sebagian mereka memang penuh cinta. Tapi, jangan berlebihan dalam memaknainya. Karena, bisa salah arti.

Gue pernah denger kata-kata bijak yang kurang lebih isinya.

"kalo kamu mencintai seseorang karena parasnya, itu bukan cinta. Kalo kamu mencintai seseorang karena kebaikannya, itu bukan cinta. Kalo kamu mencintai seseorang karena keahliannya, itu bukan cinta..."

Jujur, gue nggak sependapat. Karena, menurut gue cinta itu terjadi karena ada pemicu yang mampu menimbulkan perasaan itu. Ya salah satunya ketiga hal di quote diatas.

Terakhir, gue pingin ngasih quote tentang apa itu cinta sekaligus pengertiannya menurut pandangan gue.

"Cinta itu adalah bahasa universal tentang perasaan yang tidak bisa ditebak, direncanakan, ataupun diatur."

Keren?

Hahaha, nggak ya kayaknya 😁😁. Ya, intinya gue udah ngasih pandangan secara personal tentang arti cinta itu. Biar kedepannya, kita nggak buru-buru menjudge cinta dengan penyakit sosial menurut mereka.

Cinta itu anugrah. Maka, cinta tidak pernah salah. Karena, jika cinta salah, maka itu bukan cinta.

Wassalamu 'alaikum.

Bye-bye.

Sabtu, 03 Maret 2018

Cuma Karaokean

0


Sebelumnya, rencana ini udah lama mau di lakuin. Tapi, karena keterbatasan waktu dan kesempatan (kayak sibuk aja, ya). Akhirnya, kemarin tanggal 2 Maret 2018 selepas pulang kerja atau kira-kira jam 5 lebih, kami bersiap menuju tempat hiburan Angel Karaoke di Pasar Muara Enim. Cukup jauh jaraknya dari kantor, tempat kami melakukan start. Ada kak Yeris, kak Febi, Lara, ada juga si anak baru Siti Uttaran, eh Utari. Biasa dipanggil Tari. Nih poto kami berkumpul di depan kantor. Udah kayak geng kapak mau nyerang aja, ya.





Oh iya, di poto itu nggak ada Tarinya. Karena, dia masih di dalem, katanya, sih, lagi disuruh sama yuk Yuli buat nyatet nomor rekening PNS yang mau DL. Jadi, di depan kantor ini bukan lagi ajang buat mau tawuran atau saling serang antar geng. Tapi, ajang menunggu nyonya Tari.

Eh, pas lagi nunggu-nunggunya kak Febi dipanggil Kabid buat ngetik apa gitu. Nghak tau juga. Waduh, gimana ini. Kira-kira jadi apa nggak ke Angel-nya. Saat ini yang bertahan tinggal gue, kak Yeris ama Lara.

Shit, gue tiba-tiba inget. Kemarin itu hari jum'at. Gue harus jemput anaknya kak Oka, Zahwa, yang lagi les di Ganesha Operation. Jadi, gue pulang dulu. Gue kasih tau mereka buat nunggu disana. Iya, karena gue belum lancar banget make motor kopling, jadi gue pulang dulu bentar buat ganti motor.

Sesampaianya di rumah, gue langsung minjem kunci motor Amel, yang kerja sama yuk Piska di klinik buat jemput Zahwa. Setelah ngeluarin tuh motor dari rumah nenek depan, gue langsung cabut.

Cuma, naas banget. Emang lagi sial banget kayaknya. Kampret dasar. Pas di persimpangan jalan, arah gedung Lima Putri. Motor Amel tiba-tiba mati mendadak. Gue bingung, bensin penuh, starter masih bunyi nyaring. Jadi, apa ini kendalanya? Gue engkol berkali-kali masih aja tu motor nggak mau hidup. Oh tidak, hari udah sore. Zahwa pasti nunggu ini kalo motor Amel gue bawa ke bengkel dulu. Jadi, gue telpon Amel nanya perihal motornya kok tiba-tiba mati (dianya aja nggak tau) sekalian ngasih tau yuk Piska buat jemputin Zahwa.

Gue nyerah, ngengkol nggak hidup-hidup. Kayaknya emang harus dibawa ke bengkel deh. Eh nggak tau kenapa, tiba-tiba ada Mersal, salah satu anggota kuru-kuru yang kemarin pergi ke tempat Yuk Weni dan poto-poto bareng di Rumah Pohon.

"Kenapa Den?" katanya sambil mendekati gue. Lalu memarkirkan motornya.

"Nggak tau nih Sal, tiba-tiba mati aja. Padahal bensin full," jawabku dengan raut kebingungan. Keringat panas udah mulai bercucuran.

Lalu, Mersal berinisiatif melakukan engkol manual yang udah aku lakuin sebelumnya. Tapi, percuma, hasilnya sama aja. Nggak mau hidup.

"Kayaknya, bawa ke bengkel aja deh Sal,"

"Ya udah, step ya," aku mengangguk setuju dengan sarannya.

Beruntung, tidak jauh dari situ ada bengkel yang masih buka. Aku berterima kasih dengan Mersal. Ia kayak utusan yang dikirim Tuhan (hahahaha 😂😂) buat bantuin gue. Ia lalu berlalu pulang. Setelah memberitahu perihal motor itu tiba-tiba mogok kepada teknisi yang ada di bengkel, dengan keahliannya yang langsung mengerti penyebabnya, ia membongkar motor itu. Nggak seluruhnya, cuma bagian depan aja. Lalu tangannya mencari-cari sesuatu diantara lilitan-lilitan kabel yang begitu rumit. Gue yakin orang ini ahlinya.

"Ini businya," katanya.

Gue hanya berdehem. Gue juga nggak terlalu paham dengan dunia otomatif. Jadi, gue serahin aja ke dia. Ya, gimanapun caranya gue kepingin nih motor bisa hidup lagi. Seenggaknya gue harus bertanggung jawab karena saat gue pake motor Amel, tiba-tiba businya rusak. Setelah membayar Rp. 25.000,- akhirnha tuh motor bisa hidup dan berjalan kembali.
Gue bergegas pulang. Karena, Zahwa udah dijemput yuk Piska. Setelah ngasih tau Amel kendalanya di busi yang nggak pernah diganti. Gue langsung cabut lagi menuju pasar Muara Enim tempat Angel karaoke berada. Akhirnya.

Gue udah di depan Angel. Setelah memarkirkan motor Mega Pro di depan. Gue telepon Lara buat ngasih tau gue udah diluar. Katanya masuk aja. Mereka ada di lantai 3, dan dia lagi nunggu diluar. Di depan pintu.

Ternyata mereka semua sudah di dalam. Kak Febi sedang berdendang. Gue kira dia nggak dateng karena sebelumnya disuruh Kabid ngerjain sesuatu. Ada Tari yang udah berduet dengan kak Febi. Ada Lara, kak Yeris, eh ada Elga juga. Nggak tau gue kalo dia juga ikut datang. Jadi, langsung aja gue dokumentasiin mereka-mereka yang sedang bernyanyi ria.



Nah, kalo yang ini Elga sama Lara sedang menyanyikan lagu Bercanda - Elvi Sukaesih.


Ada lagi kak Yeris duet sama Lara.









Liat, gue menghayati banget kan. Mirip Ariel belom? 😂
Kalo gue, ya pasgi nyanyi lagu Peterpan, dong. Mungkin Nanti dan Ada Apa Denganmu 😄😄

Oke deh, sampe sini dulu ya catatan hari ini (kemarin 😜). Oh iya, total keseluruhan kami karaokean selama 2 jam kemarin kurang lebih Rp. 231.000,- itu termasuk minuman.

Oke, gitu aja, ya.

Bye-bye.

Assalamu 'alaikum.

Kamis, 01 Maret 2018

Kegagalan Pertama

0


Tanggal 12 Januari kemarin gue ngirim sebuah novel hasil karya sendiri ke Penerbit Mizan. Novel yang sudah gue buat sejak awal Tahun 2016 kemarin. Dan, dengan diiringi doa akhirnya novel itu selesai awal Januari 2018. Tanpa menunggu kendala apapun, dan gue yakin dari segi kepenulisan dan isi cerita kayaknya udah oke-oke aja kok. Itu menurut gue, ya. Jadi, dengan mengucap bismillah, gue kirim.

Sebelum ngeklik tombol kirim itu. Gue udah nerima hasil apapun yang akan mereka putuskan. Tapi, gue berharap banget keputusan mereka menerima naskah novel buatan gue.


Nah, tepatnya hari selasa kemarin tanggal 27 Februari 2018 pihak Bentang Pustaka mengirimkan hasil evaluasi mereka terhadap novel gue. Waww, sumpah, ngebaca email dari mereka aja deg-degannya kayak lagi sidang komprehensif. Berasa dihadepin sama dosen-dosen killer. Bahkan, untuk ngebuka tu email butuh waktu bermenit-menit. Karena, kalian tau. Kalo hasilnya positif, artinya mimpi gue sudah mulai terwujud. Gue bisa semangat meng-explore cerita-cerita baru, cerpen baru, novel juga, bahkan kalo bisa sih ikut terjun kedalam pembuatan naskah film. Meskipun yang ini belum berpengaman sama sekali. Itu, kalo hasil evaluasi itu bernilai positif.

Tapi, semua ekspektasi membahagiakan itu berubah saat gue sudah nyentuh email dari pihak Bentang Pustaka. Bagai suara petir yang menggelegar keras, yang tak peduli dimana dia harus berteriak, bahkan seolah suara petir itu hanya menyambar organ dalam tubuh gue aja. Hasilnya negatif. Gue termenung sebentar. Gue sih udah menerima apapun hasilnya, gue harus siap. Tapi, sulit. Gue sulit banget nerima kenyataan pahit ini. Karena, sejak awal memikirkan nama penerbit ini, gue sangat berharap novel gue bisa dimuat di Bentang Pustaka yang secara pengalaman memang sudah beberapa kali menerbitkan buku-buku best seller karya Andrea Hirata, Dee Lestari, Tere Liye, dan lain sebagainya. Gue pingin kelak nama gue bisa bersanding dengan nama Bentang Pustaka yang dimiliki oleh Penerbit Mizan.


Gue bangun dari lamunan. Gue sadar, saat itu mimpi gue tentang menjadi seorang penulis yang bisa memperkenalkan karya-karya gue ke masyarakat Indonesia telah musnah. Gue ngerasa kayaknya udah nggak mau lagi yang namanya nulis-nulis. Sebenernya ada alternatif lain untuk menerbitkan buku, yaitu melalui penerbit indie, hanya saja kita harus mengeluarkan beberapa budget untuk dapat menerbitkan buku itu. Gue sih memang sebelumnya pingin ke alternatif ini kalo misalnya nggak lulus ke penerbit mayor. Tapi, gue sangat berharap novel itu bisa diterima di penerbit mayor yang jangkauan pemasarannya lebih luas. Jujur, gue saat ngirim novel itu nggak kepikiran untuk menghasilkan keuntungan yang waw, bisa dapet uang banyak, nggak kepikiran, kok. Sumpah. Dari awal, gue sudah meyakinkan diri bahwa salah satu tujuan gue nulis itu kepingin bahwa masyarakat Indonesia, bahkan kalo bisa dunia dan alam semesta serta makhluk astral bisa merasakan ide yang sedang gue tuang dalam bentuk cerita. Itu aja. Memang gue nggak menafikan diri yang nggak mau dengan nilai materinya. Gue juga pingin hasil materi itu mampu memberikan motivasi gue dalam menghasilkan karya-karya selanjutnya. Hanya saja, itu alasan nomor sekian dan bukan yang utama.

Pihak Bentang Pustaka mengatakan bahwa novel yang gue kirim belum menarik. Padahal, tema yang saya usung berupa konsep distopia dari tatanan dunia. Bahkan, orang-orang yang terlibat di dalamnya juga berasal dari masyarakat Indonesia sendiri. Apa karena masyarakat sekarang kurang berminat dengan kategori petualang dan penuh fantasi. Mereka hanya menginginkan sebuah kisah romantis nan mengharukan. Entahlah. Cukup kecewa juga dengan keputusan mereka. Tapi, bagaimanapun mereka tau mana yang terbaik. Jadi, dengan hati yang lega, gue terima kegagalan ini.

Tidak, ini bukan kegagalan. Tapi, hanya bagian dari perjalanan gue dalam meraih mimpi. Bahkan seorang J.K Rowling, pun, harus beberapa kali mengalami penolakan setelah akhirnya dia sukses membawa novel Harry Potter ke penjuru dunia. Eh, btw, Harry Potter ini salah satu motivasi gue dalam menulis kalo mood boster sedang turun. Karena, sejak mengenal dia waktu SMP, gue jadi kepingin menjadi seorang penulis.

Yap, itu mimpi gue.

Mimpi yang harus gue wujudkan.
Sebuah quote saat ini.

"Kegagalan adalah bagian dari proses kehidupan. Maka kau harus gagal, jika ingin benar-benar hidup."

Keren, kan 😜
Selanjutnya, tinggal mengirim ke Penerbit Grasindo.

Langkah kedua, dimulai!

Wassalam.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com